Kumpulan Puisi Bumi Bicara (Free Hearty)
Sukapuisi.com, 29/12/2021 07:35
Gb. Free Hearty (Kupukertas/Perbincangan Perempuan) |
AKUIALAH DIA !
Kita memang tak mampu memilah
Diantara remah remah sejarah
Maka pujaan dan pujian pun terarah
Antara Pahlawan ciptaan
Atau Pahlawan turunan
Semua terpaku menuntut hak
Lalu melongos bicara tentang azasnya
Lantang dan garang selalu berteriak :
Kita semua berhak berbuat
Kita semua berhak dapat tempat
Kita harus mampu menghargai
Adanya perbedaan-perbedaan
Inilah warna-warni bangsa
Yang harum bagai bunga
Maka…
Lahanya, daerah kekuasaannya
Adalah keharuman lahan bunganya
Yang tak bisa digugat
Tak boleh!!! Catat!!!
Kemiskinan dan bau busuk itu
Adalah tempatmu
Warnamu menghidupkan warnanya
Kita berhak berbuat
Dan kita berhak mendapat tempat
Itu tempatmu dan inilah tempatnya
Kita telah memberi warna bangsa tercinta
Maka janganlah menggugat
Nikmati kemiskinanmu
Dia nikmati kekayaannya
Bukankah kita sama menikmati?
Kalau kamu tidak bisa
Itu salahmu! Salahmu!!
Jangan salahkan dia!!
Dia pahlawan kan?!
Ya, akuilah!!
Telah dia beri banyak jalan
Untuk kalian tentukan pilihan
Libas, lipat dan sembunyi
Lakukan!! Lihat dia!!
Sukses dan tak terlihat
Lumpur darah penuh nanah
Tempat tidurnya
Ulat menggeliat di otaknya
Dan kalian semua toh bisa tertipu
Itu salahmu kalau tak mau
Atau kau tak mampu menipu
Seperti dia?? Jangansalahkan dia!!
Ah, mari saling menghargai
Semua berhak berbuat
Semua berhak dapat tempat
Jangan dia digugat!
Kalau tak mau dilipat!
Dialah pahlawan!
Bagi Iblis dan Setan!!!---@2009
ESTAFET LAH!
Tanpa ragu kau membabi buta membabat bibit-bibit muda.
Tidak segemingpun hatimu membuka.
Tidak juga luruh dan luluh batinmu melihat gemuruhnya dada mereka.
Berjuang melawa guruh dan genta suara yang membahana,
Dari penguasa yag semakin tambun,
Terhenyak dikursi-kursi tua yang mulai karatan.
Langkah mereka terganjal kerikil yang kau tebar sepanjangjalanan,
Mereka melangkah diderainya peluh,
Dibaju nan lusuh dan air mata yag mulai keruh.
Engkau tetap menengadah dihati yang mulai angkuh, jiwa nan beku, tanpa terpengaruh suasana yang mulai kumuh.
Kusi itu tidak abadi milikmu Tuan.
Juga jiwa dan tubuhmu yag mulai merapuh.
Istirahatlah!!
Estafetlah!---@Januari 2009
YANG JATUH
Matahari jatuh ke Pangkuan
Meredup dan melayu dalam pelukan
Melindur di senyapnya malam
Bulan menatap tajam
Cemburu kehilangan peran
Yang jatuh dipelukan malam --- @April2010
RINDU KITA ANAKKU
Seorang anak menulis untuk ibunya
Dalam tulisan tangannya yang indah:
Kutulis tangan surat ini ibu,
Sebagai tanda rindu yang tidak pernah berlalu
Meski membuat jariku kaku.
Aku rindu rumah yang menyeruakan bau tanah.
Kala gerimis menetekinya
Aku rindu jambu yang ibu beri pagar bambu
Karena ibu jemu, buahnya selalu kuganggu
Daun hijaunya pun harum kucumbu
Aku rindu flamboyan merimbun, ibu tanam di halaman nan anggun.
Aku rindu denting rinai membelai menyegarkan
Diatap rumah yang menyilakan rembesan masuk kekamarku.
Rinduku pada lumpur yang membungai kakiku
Rengkahnya yang gersang menyatu dilebur hujan
Aku tersepi disini ibu, di Negara empat musim
Kusimpan semua rindu di lemari buku
Aku disini terasing dari tanah yang ramah
Tak kulihat mentari pagi yang muncul dipucuk cemara
Seperti biasa kutatap lewat jendela
Tak juga kucium aroma khas masakan ibu.
Hanya roti berlapis susu dan keju
Ibu, aku terdampar ke kawanan asing tesepi sendiri.
Sang ibu melipat surat dalam tangis
Hati meringis batin mengemis
Bibir tipis berbisik miris:
Kau rindu sesuatu anakku
Sesuatu yang tak kau tahu, telah lenyap bersama waktu
Keserakahan melenyapkan semua
Rindu mereka tidak lagi pada hal yang sama
Karena rindu berganti rupa
Pada hidup hedonis penuh pesona
Tanah dan air tak jelas pemiliknya
Hutan belatara pun ada yang punya
Gunung dan bukit pun kian merata
Mereka semena mengganti rupa
Campuran kuning dan biru
Telah mengganti warna daun kesukaanmu
Angin menderu terkurung diruang rindu
Pada dinding beton mencakar langit,
Mengurung laut,
Bayu terpaku mengadu,
Dan ter-paku beku
Anakku, semua telah berbeda,
Semua berbeda… tidak lagi sama
Kecuali rindu kita
Rindu pada hal yang sama---@April 2010
BULAN BERJANJI SEPI
Bulan ini kita mematri
Janji tanpa hati
Kita akan baik-baik saja
Semua terkendali
Semua tak akan terkendala
Semua kita hadapi bersama
Bersama buat kita semua
Yang harus dilakukan segera
Maka camar menari bersama
Mengitari luasnya samudra
Tanpa rasa takut mendera
Tanpa lelah melata raga
Bagai arjuna berbisik mesra
Aku cinta kau sepenuh jiwa
Namun menghilanng tanpa makna
Membabi buta kau lupakan makna kata
Hutan indah kau gadaikan semua
Lautan kaya kau jual pula
Sungai yang ada hampir tak bersisa
Sebuah dusta terpatri disana!
Bulan demi bulan kembali
Tanpa makna, tanpa sisa
Kami meringkuk, menekan perut
Mememah janji mengunyah mimpi
Dan kau angkuh menepuk diri.--- @Mei 2010
GO GREEN
Aku melangkah goyah
Diantara gedung-gedung mewah
mataku menatap lelah, mulutku mengeja pasrah
Membaca kata-kata diukirr indah
Besar dalam spanduk merah
Go Green, Go Green
Terpampang besar di beton megah
Gedung-gedung berwarna hijau
Yang bangga ciptaan manusia
Mengejek pohon digelimpangan
Membunuh ciptaan Tuhan
Daun hijau mati mengering
Tercabut dari kokoh akarnya
Tak mampu menyimpan lara
Mengkerut mengeriput duka
Menyatu memeluk bumi
Dalam siulan dan pekik sunyi
Diantara deru bayu yang berlari
Diantara desah angina yang memburu
Daun, ranting, pohon yang mengering
Mendendangkan rima bersama
Manusia lebih butuh tempat sementara
Daripada pelihara keindahan alam
Yang memberi nafas lebih lama
Mereka butuh kemewahan bukan kehidupan
Pada hidup yang lebih menghidupkan--- @ 4 Juli 2010
SELINGKUT KATA
Kata beribu makna
Kata bermakna tunggal
Kesepakatan tidak sepakat
Sepakat atas ketidak sepakatan
Kita terjebak didalamnya
Menyaring, menyuling, menyusun kata
Tertata terjaga, mengalir menggulung lidah mengeja
Nafas tersengal, terengah lelah agar tidak salah arah
Akhirnya
Tersengak terhenyak
Mendayung kayuh menjemput makna, sampai!
Berguling gayuh menghantar makna, tak sampai!!
Ketidak pahaman memaknai
Sembunyi diselingkut mau dan mampu
Karena makna ditelikung oleh kekuasaan di tangan--- @Agustus 2010
PERGILAH BILA HATI TAK LAGI BERARTI
Buang sauhmu jauh, biarkan ombak mengubah labuh
Biarkan camar mengiringi kepergian
Dalam lautan tak bertepi
Hidup tak selalu berteman, matipun tak perlu sendirian
Bila hati tak berpintu
Jantungpun tak usah berdenyut
Di sini di jantung hari
Sebuah hati menggelepar
Menyimpan keresahan sendiri
Karena keangkuhan dan ketidak pedulian
Telah mengeringkan semua kegairahan
Menghitamkan semua kehijauan
Membiarkan lelatu membakar semua
menghanguskan menjadi abu
Terbang melayang seperti debu
Lenyap tanpa bekas berarti
Akankah terbuka kesuburan baru
Menyuburkan tunas-tunas muda
Yang mengendap diantara kelam
Bertahan diam dalam kegelapan
Diselamatkan karena Cahaya-Nya
Kan Selalu ada
Hadir dalam sebuah Asa --- @ November 2010
RUTINITAS
Helaan nafas mengerang, helaan kata mengarang
Menyatu menjadi karang, membatu diterpa gelombang
Tegap tegar menghadapi geger gelegar kota besar.
Kembali ke Kota.
Kembai ke rutinitas kerja.
Menghadang gempitanya suasana.
Siapa mau bicara, siapa mau kelola.
Lalulintas tanpa aturan kota metropolitan.
Menyambut banjir bandang di tiap sudut kota
Aku adalah bagian dari kerumitan
Kompleks, kacau dan kosong
Aku di dalamnya.
Tak terbaca dan tak terdata! --- @ Januari 2011
BENIH DAMAI
Kusemai benih damai
Agar tak kau kenal arti lerai
Namun hujan yang merinai
Tak mampu hidupkan jiwa
Ulat semakin merajalela
Aku terbengkalai dalam rasa
Tak selesai, kerja tak pernah usai
Tanpa kata, tanpa makna--- @Februari 2011
LELAH
Engkaupun terpuruk
Dalam lelah yang meleleh
Padahal senja baru berucap
Selamat tinggal cahaya
Jangan kau benam dirimu
Dalam gelap yang bakal menyergap
Pengap…nafaspun hamper senyap
Melesap… melenyap--- @ KLIA, 1 Februari 2011
LUKISAN ALAM
Bagai gerombolan hewan, mengapas putih bergerak pelan ke Selatan.
Gembala riang menikmati siulan suling bernyanyi memuja dan memuji alam.
Iramanya lentur teratur menawan.
Ternak kelaparan menundukan kepala memamah semua yang ada,
Rumput menghampar hijau bagai permadani menutup semesta
Semua berjalan apa adanya
Bagai pesta dipagi hari, gerombolan burung berlomba meperdengarkan suara,
Tak peduli jenis atau iramanya
Kera berlompatan menembus kehijauan bertengger di dahan
Kijang kencana bercengkerama,
Semut beriring saling menyapa
Pada ranting menjurai gagah,
Melemah dalam ayunan pebalet lincah
Karena hutan milik bersama
Meski ada yang mengaku sebagai raja
Keindahan alam mesti dipelihara
Semua terjaga dalam ketertataan
Ekologi kebutuhan
Kumpulan hewan tanpa nama, berunding, lalu menyapa dan bertanya kepada Gembala
Yang duduk jumawa diatas Singgasana
“Bukanlah kalian juga hewan, yang bahkan diberi kelebihan
Tidakkah bisa merasakan semua kenikmatan
Jutaan tahun telah Tuhan ciptakan.
“Kenapa kalian saling menghancurkan?”
Siulan suling sumbang memekik nyaring dan garing tak beraturan
Sang gembala terhenyak hening, menggerung gering.
Dalam ekologi kehancuran--- @Maret 2011
AJARKAN AKU AGAR PAHAM ! !
Kalau aku berdiri antara Sartre dan Camus
Bukan untuk menolak keberadaan-Mu
Kalau aku merentang panjang sebuah Tanya
Bukan untuk menggugat petunjuk-Nya
Tetapi ketidakpahaman akan kata
Selalu butuh penjelasan tentang makna
Bukan cerita mempertakut
Atau berita bikin semaput
Yang harus dipendam diam
Sampai maut hadiahkan kematian
Adakah dosa dan pahala
Berputar di satu pusat
Mendayakan bawah pusar
Menekan dan menindas
Merenggut kekuasaan
Sampai yang nafspun meranggas
Ketika pusat bergeser ke pusar
Ketika kotak kosong
Bertengger diatas leher
Dan pusat membusung
Pusar melebar besar
Berjalanpun tak lurus
Mulut masih berputar
Antara haram dan halal
Antara dosa dan Neraka
Antara pahala dan Sorga
Tanpa paham maknanya
Karena sorga yang dicari
Hanya sebatas dua menara
Tanpa pernah membaca tanda-tanda-Mu
Adakah tanda yang Engkau kirim
Ataukah Engkau salah kirim tanda?
Sehingga mereka benarkan semua
Lalu berbuat sesukanya dengan
Mengatas namakan Engkau
Bergairah menjual nama-Mu
Berkutat keras sebut nama-Mu
Maka sahihlah semua tindakan
Hancurkan manusia dan Alam
Tuhan,
Ajarkan aku agar paham
Pada tuan-tuan----@Maret 2011
ZOMBIE
Sekelompok orang dengan penuh marah melempar segala yang mereka bawa ke Gedung Perwakilan dan Pemimpin mereka.
Seseorang bertanya: “Hey, kenapa? Tidakkah kalian menyintai mereka?”
Dengan suara koor antartakut, seedih sesal juga penuh amarah yang ditekan dalam diam berkepanjangan, mereka menjawab: “Mulanya sebuah cinta dalam harapan kami suburkan. Tetapi kesadaran menyenak benak kami. Ternyata mereka Zombie. Tubuh mereka kosong tanpa otak dan hati. Kini mereka bahkan mulai memaknai teman-teman kami. Bisakahcinta dioertahankan lagi?”
Hening, kaku dan membeku, karena Zombie memang tak mau tahu atau tak mampu untuk tahu.
Tuhan ampuni kami atas kesalahan ini. Bukakan hati mereka, sadarkan mereka bahwa dibalik tubuh kami yang kurus, masih ada hati yang tulus--- @Agustus 2011
SIULAN SUNYI
Dari dalam perut kuda besi aku tertegun
Berlari meliuk menapaki rel terengah resah
Terkepung antara kebiruan laut
Menghampar menggelombang riang
Kekuning-hijauan aneh pepohonan
Menyatu dalam pesonanya yang sumir
Aku terbius di alam yang membias pias
Laut dan bukit menelan anganku
Dia, dan senyap, kecuali irama cas cis cus
Zegezeg gezeg zegezeg gezeg
Tuuuuuuuuuuuuiiiiiiit
Dari dalam perut kuda besi yang meliuk berlari tak henti.
Aku tertatap alam luas bebas.
Melewati sawah-sawah menguning sebelum saatnya
Didera kering mengerontang.
Pucukknya bergoyang melayang.
Begitu lama tidak bercumbu dengan hujan
Burung yang biasa mengerubungi
Telah menapak lari.
Membawa pergi kecewa hati
Karena hari ini tak lagi paruh mengisi
Perut telah berhari memekik sunyi
Kemarau ini begitu panjang
Mengeringkan semua yang ada
Membiarkan mulut-mulut kecil menganga
Hatiku tertancap disana
Lara--- @September 2011
KITA SALING BUTUH
Gemerisik indah daun berbisik
Kecipak air sungai bergelut
Nyanyian jangkrik menggelitik
Aku tersipu malu dipelukmu
tubuh telanjangku damai diharibaanmu
Tergolek dalam pelukan angin
Halimun dingin menyelimuti kita
Aku menatap nafasku membumbung
Menebar malam menuju tubuhmu menanti
Kucumbu kau ditaman ini
Nafasku menyentuh ragamu
Lapar kau menangkap dan melahap
Memberi kehidupan penuh arti
Menjaga sebuah kesinambungan
Aku mencium aroma segar mewangi
Kuhirup panjang mencapai relung hati
Menyelinap menggapai rongga jantung
Yang memberi oksigen kehidupanku
Memberi kesegaran tubuh hampir rubuh
Kita saling butuh kehidupan
Jaga kelestariann hidup sampai mati
Memberi dan menerima menjaga rasa
Kenapa musnahkan semua asa
Biarkan tunas-tunas muda saling tumbuh
Hirup kehidupan penuh sunngguh menyeluruh---@Desember 2011
NYANYIAN PAGI
Pagi nan ramah, aku melaju penuh gairah
Mataku nanar mencari arah.
Seonggok besi yang dibentuk indah
Menghantarku melangkah membelah kemacetan ibu kota
Aku tak hendak membanndingkan
Bangsaku yag ramah tamah
Alamku yang menawan indah
Bumiku kaya melimpah ruah
Dengan Negara yang sumringah
Cerdik pandai dan penuh gairah
Lewat nyanyian dan silat lidah
Lalu semua, kepada mereka berpindah
Ini negaraku, Bangsaku dan cintaku
Kalau tenggelam dan terbenam,
Maka aku ada bersamanya
Karena cinta kadang memang aneh
Menjadi aneh di negeri Santo dan Santri
Rakyat tak kehilangan gairah
Meski ditipu mentah-mentah---@Desember 2011
ADA RINDU
Ada rindu disini
Gemerisik langkah emak
Suir sarung dibetis memadi
Siul burung mengiringi
Yang menyisir sawah
Menuruni lembah
Getar nafasnya yang indah
Langkah kaki yang kuat
Menyentuh bumi tanpa batas
Tanpa alas yang menyatu
Dalam pelukan rumput dan lalang
Dalam sentuhan kaki telanjang
Aku rindu suara nenek
Yang menghalau ayam
Menjemur padi di halaman
Sambil riang berdendang
Dalam syukur tak terbilang
Dan senyum tak pernah hilang
Aku rindu tangan bibi
Yang membimbing kepasar pagi
Berjalan saja karena semua ku kenali
Saling menyapa tanpa menawar
Tiada amarah atau memanah
Karena kami begitu dekat
Karena kami begitu lekat
Paham hidup kan hilang sekejap
Maka persaudaraan perlu diikat
Aku rindu tangan bapak
Yang giat menyangkul sawah
Seperti emak mengusir nyamuk
Yang siap menyantap darah kami
Ayah menjaga sawah dari burung
Yang suka memamah buah sawah
Agar kami dapat hidup
Agar udara tetap kami hirup
Aku rindu tubuh kakek
Yang penuh kasih dalam peluh
Yang memeluk ladang
Yang memagut hutan
Demi kehijauan demi kelestarian
Demi kesinambungan
Agar alam menjadi hidup
Agar hidup menjadi teman
Raga pun mereka serahkan
Menyatu dengan tanaman
Dipeluk tanah dan ranah
Memberi nafas kesuburan---@Padang 2011
SEJARAH KITA DALAM KOTA
Kubawa rindu dalam lentur tubuhku
Yang dibalut kafan kenangan
Diusung dalam keranda penuh duka
Ada luka dalam duka
Kuusung ke kota ini,
Melaka yang menyimpan sejarah kota
Yang membenam sejarah kita
Melaju dalam jalan penuh kenangan
Aku tertegun tanpa aksara bermakna
Dalam kota penuh cerita
Tetang keruntuhan dan kepahlawanan
Tentang keberanian dan ketakberdayaan
Yang menyatu membangun keinginan
Memelihara sejarah masa lalu
Membangun masa depan
Sejarah baru anak cucu
Karena sejarah
Manusia bermakna
Karena sejarah
Manusia ada
Karena sejarah
Mengajar manusia
Sejarah menyejarah
Mengenal manusia
Di kota ini--- @ Melaka, 31 Desember 2011
SIKLUS
Sekali lagi, kusobek lembaran akhir.
Namun bukan yang terakhir
Ritual ini tak pernah berakhir
Aku menyobek tahun
Membentang jari, menghitung hari
Masuk ke tahun bertahun-tahun
Tak cukup jari kumiliki, menghitung waktu kulewati
Keriput sejarah diwajah, mencatat setiap remah
Ayunan langkah tinggalkan jejak memerah
Bagai darah menuju satu arah berhenti di otak
Bertanya lemah dalam teka teki sunyi
Tak berbunyi tanpa nada atau tanda
Penuh Tanya dalam rasa,
Bergulir dan terus mengalir
Adakah sejarah tercetak hari ini
Bermaknakah sejarah kemarin
Bisakah direka sejarah esok dan lusa
Sejarah yang bukan cerita rekaan
Menabur pesona atau membangun citra
Sejarah yang dicatat Raqib atau Atid
Tanpa rekayasa dalam cerita
Semua tercatat semua yang nyata
Mencapai batas janji
Entah sampai entah
Kini, esok atau nanti? Entah lah!--- @ 31 Desember 2011 jam nolnol
AKU MASIH DISINI, MENANTI
Engkau menyelinap dalam mimpi-mimpi
Merayap dalam malam-malam sepi
Bayangmu tertumbuk di luruhnya hati
Aku masih disini, menanti
Bumi menua rekah melara
Dalam keriput wajah lelah
Tercabik dan tercerabut pasrah
Aku masih disini menanti
Panas membakar sepi, melelehkan karang ditepi
Mengeringkan sungai dihati
Aku masih disini menanti
Kesuburan mulai menampik,
Kehijauan mengering kerisik,
Kerontang tanah letih memekik
Aku masih disini menanti
Merpati putih melayang rendah
Memasuki relung tak terjamah
Dalam resahnya diri bersenandung lemah
Semua mongering sudah
Bulan merunduk malu, bintang mengedip kaku
Matahari meredup pasrah, bersatu dalam jiwa lelah
Resah meremah lelah, menggapai tak sampai
Dalam bengkalai tak selesai, aku masih disini
Tak lagi peduli, terjaga dari mimpi-mimpi---@Januari 2012
SEJARAH KITA DALAM KOTA
Kenapa rindu selalu menelisik
Ketika sepi tidak terusik
Sekelebat bayang melayang
Membimbang menggamang
Rindu makin menggelenang
Kupetik bunga rindu dari taman hati
Meski musim semi tak singgah disini
Bunga rasa selalu tersemai
Aku terhenyak coba berdamai
Walau galau dan kacau
Lalu pesan itu datang
Setelah waktu tak terbilang
Kau tulis untukku, sekali!
“aku cinta kamu sungguh!
Selalu dan selamanya
Tak pernah berhenti sampai ku mati
Cinta ini alasan terbesarku
Tak pernah menyuratimu
Aku ingin kau tahu, kekasih abadiku
Kenang aku dihatimu
Seperti aku selalu mengenangmu”
Itu tulismu dalam pesan pertama
Setelah kepergianmu hari itu
Ini pun menjadi pesan terakhirmu
Untukku.--- @Puncak, 14 Februari 2012
PESONA MELAKA
Melaka yang sakti
Kutemui aroma baru
Tentanng sejarah yang harus dipaku
Dalam kenangan yang menyatu
Dalam berita ataupun cerita
Dalam kata ataupun nyata
Membangun yang baru
Mempertahankan yang lama
Dalam berbagai replika
Agar sukma terpelihara
Dan jiwa tetap terjaga
Aku terpesona
Karenaada yang terpupus
Tanpa lara yang menggoda---@Melaka, 31 Maret 2012
TIKAM JEJAK
Jangan tinggalkannbjejak
Pada tempat yang kau injak
Tikamnya merasuk jauh ke sukma
Membelit hati meregang jiwa
Kalaupun kau usap luka yang menorah
Ada juga duka yang tak bisa ditoleh
Komat dalam kamit busa berbuih dimulut
Menekan menikam buat jejak membarut
Torehan itu menyakitkan Tuan
Luka itu memerih dan memedih
Adakah kisah yang bercerita
Tentang langkah yang terseok
Namun meninggalkan jejak
Yang kau tikam penuh dendam
Ada sungai yang mengalir
Mencetak kaki cacing menjejak ular
Membesar dalam ligkar
Mengecil dalam bulir
Lalu meniada dalam ada
Tuan,
Adakah adamu karena adaku
Ataukah adaku dari dendam yang tertikam
Yang menjejak dari masa lalumu
Kau suburkan dalam kisah-kisah sendu
Dan merasukku dan menusukku
Aku terpaku ngilu
Memaku diriku diam
Bicaraku itu!
KEMBALI KE RAHIM IBU
Ingin kubawa kau kembali
Dalam rahimku kau meringkuk yaman
Kunikmati tendangan lembutmu di dindingku
Lewat tali pusarku kau menghisap kehidupan
Dinding rahim dunia memeluk damai
Siang malam cinta untukmu kusemai
Ingin kurengkuh kau kembali
Dalam pangkuan ibu kau kuteteki
Kubiarkan kakimu berayun di jalan ini
Seperti dulu kala kau menatapku
Saat mulutmu rakus isap putingku
Kubelai kau siang atau malam hari
Aku tergelak saat kau belajar tegak
Bagai bidadari kau lenggok menari
Melangkah terjatuh dan kembali berdiri
Tawamu renyah berderai
Tanganmu terayun melambai
Ahai. Kemarilah
Mendekatlah ke Bumi ibu kembali
Dunia kejam tidaklah milikmu
Mari kembali ke rasa ibu
Post a Comment for "Kumpulan Puisi Bumi Bicara (Free Hearty)"